WAJAHMU

Gambar
Wajahmu adalah kota di mana kau tinggal dan di sana hatiku tanggal Wajahmu adalah hujan yang jatuh pada wuwungan rumah yang membuat marah berubah menjadi ramah Wajahmu adalah laut yang membentang ke samudera menenangkan perasaan yang amat kalang-kabut dan kalut Wajahmu adalah gunung yang menjulang tinggi dihuni orang-orang merenung dan termenung Wajahmu adalah bumi yang terhampar luas demi menjamin kehidupan petani dari padi sampai jerami Wajahmu adalah air yang mengalir ke sudut-sudut kota dan desa serta para penduduknya bercengkrama secara mencair Dan wajahmu adalah namamu yang terngingang di daun telinga, rupamu yang menampakan diri di depan mata, keselamatanmu yang terucap pada bibir, dan bau tubuhmu yang tercium di kedua lubang hidungku. #ceritanyasajak Pict By: Google

GUSMUS, GUS JAKFAR, DAN KIYAYI TAWAKKAL


Ada yang menarik dari cerita yang disajikan oleh KH Ahmad Mustofa Bishri (Gusmus) dalam buku, 'Kumpulan Cerita Pencerah'. Di salah satu ceritanya, Gusmus menceritakan bagaimana keistimewaan sosok Gus Jakfar yang dapat mengetahui rahasia seseorang, hanya dengan melihat dari kening seseorang tersebut.

Banyak yang telah menjadi bahan pembuktiannya, salah satunya seperti Sumini seorang penjual rujak di terminal yang lama dijuluki 'Perawan Tua' oleh orang sekampung. Namun ketika itu Sumini ketemu Gus Jakfar, dan Gus Jakfar bilang, "Sum, kelihatan keningmu bersinar, sudah ada yang ngelamar, ya?". Tak lama kemudian ada seorang laki-laki yang ngelamar Sumini.

Bukan hanya Sumini saja, hampir orang sekampung yang pernah dijumpai oleh Gus Jakfar pasti telah diketahui rahasianya oleh Gus Jakfar. Kejadian ini sempat banyak orang yang tak mau menemui Gus Jakfar, karena ketidakmaun orang-orang untuk diketahui rahasianya oleh Gus Jakfar.

Sampai suatu ketika, Gus Jakfar bermimpi di datangi oleh ayahandanya, Kiai Saleh, pengasuh pesantren 'Sabilul Muttaqin'. Ayah Gus Jakfar menyarankan, agar Gus Jakfar menemui kiyai sepuh yang rumahnya di desa kecil lereng gunung. Namanya Kiyai Tawakkal. Gus Jakfar pun tak berpikir lama langsung menyetujui saran ayahnya untuk menemui kiyai sepuh itu.

Sesampainya Gus Jakfar di kediaman Kiyai Tawakkal, Gus Jakfar disambut dengan hangat oleh Kiyai Tawakkal beserta santri-santrinya yang mayoritas santri Kiyai Tawakkal adalah orang yang sudah usia matang. Diajaklah Gus Jakfar mengikuti kajian, Gus Jakfar merasakan keluwesan ilmu Kiyai Tawakkal, penyampaian yang begitu mengena di hati, dan tak jarang Kiyai Tawakkal menyelipkan kata-kata hikmah didalam penyampaian kajiannya.

Seketika konsentrasi Gus Jakfar terganggu oleh keistimewaannya sendiri, yang dapat melihat rahasia Kiyai Tawakkal lewat keningnya guru barunya itu. Dan yang lebih mengagetkan, di kening Kiyai Tawakkal bertuliskan, 'Ahli Neraka'. Gus Jakfar seakan tak percaya, melihat tulisan itu di kening Kiyai Tawakkal. Gus Jakfar menepis bayangannya itu, dan berpikir, "ah, ini mungkin hanya ilusi semata saja." ungkap Gus Jakfar dalam hati.

Seusai pengajian Gus Jakfar tak bisa berhenti merenungkan kembali apa yang telah barusan lihat di kening Kiyai Tawakkal. Alih-alih mencoba menghilangkan, bayangan itu semakin menjadi-jadi. Sampai diputuskan, di malam hari Gus Jakfar akan membuntuti kegiatan Kiyai Tawakkal dan membuktikan apa sebenarnya yang bisa menjadikan Kiyai Tawakkal sebagai ahli neraka.

Selepas Isya atau lebih mendekati larut malam Gus Jakfar menemui Kiyai Tawakkal akan keluar desa, menurut info dari penduduk sekitar, kebiasaan keluar di malam hari Kiyai Tawakkal memang sudah menjadi kegiatan rutinnya semenjak Kiyai masih muda.

Kesempatan kali ini lah, yang mungkin bisa menjadi bahan pembuktian tulisan ahli neraka di kening Kiyai Tawakkal itu. Gus Jakfar pun mengikuti kemana Kiyai Tawakkal pergi demi mematikan rasa penasarannya itu. Sampai di suatu desa, Kiyai Tawakkal berkunjung ke sebuah warung remang-remang yang banyak dikunjungi orang-orang yang akan melampiaskan syahwat duniawinya. Sungguh Gus Jakfar tak menyangka, Kiyai Tawakkal akan berkunjung ke tempat yang seperti ini. Dan sialnya,  kehadiran Gus Jakfar diketahui oleh Kiyai Tawakkal, dan diajaknya Gus Jakfar ke dalam warung tersebut dan dipesankannya secangkir kopi untuk Gus Jakfar dan ia pun memesan kopi untuknya. Ketidak-percayaan Gus Jakfar semakin menjadi-jadi setelah Gus Jakfar melihat Kiyai Tawakkal sambil bercanda riuh bersama teman-temannya  dihimpit pula oleh dua orang wanita yang dandanannya menor yang sebenarnya tak pantas duduk di sebelah Kiyai Tawakkal.

Merasa kopi Kiyai Tawakkal sudah habis di gelas, Kiyai mengajak Gus Jakfar untuk pulang kembali ke pondok, namun ditengah perjalanan, Gus Jakfar melihat keistimewaan Kiyai Tawakkal yang melintasi sungai seperti berjalan di daratan, sementara Gus Jakfar harus berenang dulu untuk melawati sungai tersebut.

Sesampai Gus Jakfar di sebrang sungai, Kiyai Tawakkal mengajak Gus Jakfar istirahat. Sambil Gus Jakfar merapihkan pakaian, Kiyai Tawakkal berkata mengejutkan, "Bagaimana? Kau sudah menemukan apa yang kau cari? Apakah kau sudah menemukan pembenaran dari tanda yang kau baca di kening saya? Mengapa kau seperti masih terkejut? Apakah kau yang mahir melihat tanda-tanda menjadi ragu terhadap kemahiranmu sendiri?" rasanya Gus Jakfar seolah ditelanjangi habis-habisan oleh pertanyaan Kiyai Tawakkal tersebut. Kiyai Tawakkal melanjutkan perkataanya,

"Anak muda, kau tidak perlu mencemaskan saya hanya karena kau melihat tanda "Ahli Neraka" di kening saya. Kau pun tidak perlu bersusah-payah mencari bukti yang menunjukan bahwa aku memang pantas masuk neraka. Karena pertama, apa yang kau lihat belum tentu merupakan hasil dari pandangan kalbumu yang bening. Kedua, kau kan tahu, sebagaimana neraka dan sorga, aku adalah milik Allah. Maka terserah Kehendak-Nya,  apakah Ia memasukan diriku ke sorga atau neraka. Untuk memasukan hamba-Nya ke sorga atau neraka, sebenarnya, Ia tidak memerlukan alasan. Sebagai kiyai, apakah kau berani menjamin amalmu pasti menghantarkanmu ke sorga kelak? Atau kau berani mengatakan bahwa orang-orang di warung yang tadi kau pandang sebelah mata itu pasti masuk neraka? Kita berbuat baik karena kita ingin dipandang baik oleh-Nya, kita ingin berdekat-dekat dengan-Nya, tapi kita tidak berhak menuntut balasan kebaikan kita. Mengapa? Karena kebaikan kita pun berasal dari-Nya. Bukankah begitu?"

Gus Jakfar hanya mampu terdiam dan meratapi keujubannya atas anugerah yang diberikan kepadanya. Gus Jakfar diijinkan untuk pulang ke kampung halaman oleh Kiyai, Gus Jakfar pun mengiyakannya, karena Gus Jakfar telah mendapatkan pelajaran yang luar biasa dari apa yang barusan ia laluinya bersama Kiyai Tawakkal.

Sepulang Gus Jakfar ke kampung halaman, Gus Jakfar tak pernah lagi untuk mengungkapkan tanda yang telah ia lihat di kening orang-orang yang dijumpainya. Dan orang-orang sekitar pun, merasa lebih dekat dengan Gus Jakfar, tanpa harus khawatir rahasianya akan diketahui oleh Gus Jakfar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOLO TOURING BANDUNG-SEMARANG-REMBANG-SURAKARTA-YOGYAKARTA-BANDUNG

WAJAHMU