Hampir sebagian dari teman perempuan saya sudah melangsungkan sebuah agenda sakral yang ditunggu-tunggunya selaku seorang manusia, yakni menindaklanjuti hubungan asmaranya ke jenjang yang lebih serius. Menikah.
Menikah ini dalam pandangan masyarakat, adalah suatu kewajiban bagi kalangan remaja yang sudah menginjak usia matang. Terutama bagi kalangan perempuan. Perempuan kalau belum juga menikah di usia yang selayaknya sudah menikah, maka siap-siap saja, kuping panas oleh omongan-omongan tetangga yang kepeduliaannya melebihi pedulinya seorang supir angkot kepada mobil kesayangannya. Disebut, 'perawan tua, lah.', 'jual mahal, lah.' dan sebutan-sebutan semacamnya. Ngeri kan?
Dari situ, lah, kemungkinan besar teman-teman saya segera melaksanakan sebuah pernikahan. Ya meski ada alasan lain yang lebih masuk akal ketimbang alasan yang 'lebay' itu. Lagian siapa sih mereka, sok-sok ngatur. ~iwhhhh
Namun dari berbagai macam alasan, ternyata menikah hanya memiliki tiga fungsi saja. Pertama, fungsi prokreasi. Kedua, fungsi rekreasi. Ketiga, fungsi kreasi. (Ahmad Chodjim 2014:296-308)
Prokreasi itu semacam golongan masyarakat adat yang masih memegang erat budaya leluhurnya untuk mejaga eksistensi keturunannya. Kalau di Indonesia biasa kita mendengar Suku Baduy, yang terletak di daerah Provinsi Banten. Suku baduy ini, sangat menjaga populasi penduduknya. Sebutlah, jika ada kesepakatan di lingkungan itu hanya boleh ditempati oleh 50 jiwa, maka harus 50 jiwa pas, tidak boleh kurang atau lebih. Nah, biasanya menikahnya penduduk masyarakat Baduy ini karena berdasarkan prokreasi semata. Hanya menjaga keturunan.
Berbeda dengan pernikahan fungsi rekreasi. Menikahnya orang yang mengambil faham fungsi rekreasi, ini karena mereka ingin merasakan sesuatu yang belum dirasakan sebelumnya. Yaitu, hubungan intim dengan lawan jenis, disebutkan, pernikahan fungsi rekreasi, hanya semata-mata untuk mendapatkan kesenangan tidak kurang juga tidak lebih. Biasanya orang yang menikah dengan alasan seperti ini, selalu menuntut lebih kepasa pasangan hidupnya untuk menjaga bentuk tubuh dan keharmonisan rumah tangganya. Kalau pasangannya sudah tidak memenuhi keinginan, maka rumah tangga dijamin sudah tak akan bertahan lama lagi. Ya, kurang lebih seperti itu, lah.
Lalu apa yang disebut dengan pernikahan fungsi kreasi? Fungsi kreasi -bagi saya- adalah fungsi yang lumayan mendekati hakikat dalam pernikahan. Kenapa? Karena fungsi ini, adalah suatu tujuan menikah -selain mendapatkan kepuasan biologis- yaitu, untuk menciptakan suatu generasi yang berkwalitas. Fungsi ini tak mempermasalahkan, pasangan hidupnya cantik/ganteng atau tidak, gagah/sexi pun enggak, no promblem. Tidak masalah sedikit pun, yang penting, kedua-duanya sama-sama berniat untuk menciptakan keturunan yang berguna bagi orang banyak. Sudah itu. Titik.
Komentar
Posting Komentar