WAJAHMU

Gambar
Wajahmu adalah kota di mana kau tinggal dan di sana hatiku tanggal Wajahmu adalah hujan yang jatuh pada wuwungan rumah yang membuat marah berubah menjadi ramah Wajahmu adalah laut yang membentang ke samudera menenangkan perasaan yang amat kalang-kabut dan kalut Wajahmu adalah gunung yang menjulang tinggi dihuni orang-orang merenung dan termenung Wajahmu adalah bumi yang terhampar luas demi menjamin kehidupan petani dari padi sampai jerami Wajahmu adalah air yang mengalir ke sudut-sudut kota dan desa serta para penduduknya bercengkrama secara mencair Dan wajahmu adalah namamu yang terngingang di daun telinga, rupamu yang menampakan diri di depan mata, keselamatanmu yang terucap pada bibir, dan bau tubuhmu yang tercium di kedua lubang hidungku. #ceritanyasajak Pict By: Google

HADIAH PERJALANAN



Hari kemarin, tak biasanya, saya ingin sekali untuk pulang ke kampung halaman. Mungkin sudah terlalu lama tak menengok dan menanyakan kabar ibu secara langsung di depan matanya.

Di tengah perjalanan sempat ada beberapa musibah, dari menyenggol mobil yang ngerem mendadak sampai ban belakang motor bocor. Tak berpikir ribet, saya terima kejadian itu dengan lapang dada. Menyenggol mobil (mungkin) sebagai bentuk pelajaran, agar kedepannya lebih berhati-hati. Kejadian ban bocor, dijadikan sebagai silaturahmi dengan masyarakat setempat.

Benar sekali, ketika menemui tukang (jasa) tamban ban, saya ditakdirkan untuk ditemukan dengan tukang (jasa) tamban ban yang ramah dan low profil sekali. Ia menyapa duluan dengan berkata, 'dari mana mau kemana ini teh?', dengan nada khas sundanya. Saya pun meladeni pertanyaan bapak itu dengan jawaban yan setimpal, "dari bandung, pak. Mau pulang ke rumah." saya akhiri jawaban dengan senyuman manjah. Wuih.

Berhubung keliatannya bapak ini enak sekali diajak ngobrol, saya pun mulai (sok) asyik dengan bapak itu sambil si bapak menambal ban motor saya yang sedang terluka itu. *baper...

Lama kami ngbrol ngalor-ngidul, sampai tiba ke cerita keluarga si bapak. Ia ternyata punya keturunan—kalau kenaikan itu harga sembako— yang sukses-sukses. Anak pertama, jadi anggota polisi di daerah cirebon, anak kedua jadi PNS bagian irigasi di Bandung, anak ketiga bekerja di salah satu perusahaan, anak keempat dapet beasiswa di universitas ternama di Bandung juga. Saya seketika itu langsung berucap ke si Bapak, "wah hebat bener, pak, bisa menjadikan anak-anaknya ke tempat yang lebih dari profesi ayahnya."

Namun, ucapan saya disambung dengan pernyataan si Bapak yang tak kalah mencengangkannya. "lho, jangan heran, dek, saya dulunya itu PNS di bawah kementerian pekerjaan umum. Jadi sempat mampu menyekolahkan anak-anak ke instasi pendidikan yang layak." ujarnya.

Saya disitu kadang merasa sedih.  Bukan, maksud saya, disitu saya benar-benar gak ngira bahwa bapak ini pensiunan PNS, yang sampai sekarang masih mendapatkan gajih pensiunan. Dari pada saya mati penasaran, saya pun mulai kepo hasanah ke si Bapak ini, "lho, kok, bisa, sih, pak? Bapak kan, pensiunan PNS, anak-anak bapak pun sudah mapan-mapan. Kok, bapak masih mau buka jasa tambal ban?"

Jawaban si Bapak yang membuat saya faham, bahwa di dunia ini masih ada orang yang berhati mulia dan belian emas permata. Jawab si Bapak, "saya mau nolong orang lain, dek, yang ban motornya bocor." emang di lokasi tempat ban motor saya bocor, itu jauh dari keramaian. Saya disitu seperti ingin mengangkat secangkir kopi—walau,gak ada secangkir kopi disitu—kepada si Bapak, atas sikap mulia yang dimilikinya. ~speechless

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOLO TOURING BANDUNG-SEMARANG-REMBANG-SURAKARTA-YOGYAKARTA-BANDUNG

WAJAHMU

GUSMUS, GUS JAKFAR, DAN KIYAYI TAWAKKAL