WAJAHMU

Gambar
Wajahmu adalah kota di mana kau tinggal dan di sana hatiku tanggal Wajahmu adalah hujan yang jatuh pada wuwungan rumah yang membuat marah berubah menjadi ramah Wajahmu adalah laut yang membentang ke samudera menenangkan perasaan yang amat kalang-kabut dan kalut Wajahmu adalah gunung yang menjulang tinggi dihuni orang-orang merenung dan termenung Wajahmu adalah bumi yang terhampar luas demi menjamin kehidupan petani dari padi sampai jerami Wajahmu adalah air yang mengalir ke sudut-sudut kota dan desa serta para penduduknya bercengkrama secara mencair Dan wajahmu adalah namamu yang terngingang di daun telinga, rupamu yang menampakan diri di depan mata, keselamatanmu yang terucap pada bibir, dan bau tubuhmu yang tercium di kedua lubang hidungku. #ceritanyasajak Pict By: Google

SOLO TOURING BANDUNG-SEMARANG-REMBANG-SURAKARTA-YOGYAKARTA-BANDUNG


#Part 1


Kamis 17 Januari 2019, sudah bulat betul untuk berangkat ke Rembang. Maksud dan tujuan pergi ke Rembang adalah untuk menyambangi ke kediamanan KH. Ahmad Mustofa Bishri atau yang kerap disapa Gus Mus untuk mengundang beliau, di acara Tabligh Akbar Nasional komunitas, di kampus UIN Sunang Gunung Djati Bandung yang akan diadakan pada bulan Maret 2019.

Rencana awalnya, tujuan ke Rembang sudah dari bulan November 2018 bersama seorang sahabat karib sekomunitas juga, menggunakan Transportasi Kereta Api. Namun rencana itu, selalu tertunda karena alasan rutinitas kami yang lain dan biaya ongkos perjalanan yang tidak mencukupi.

Dan tidak terasa, kami lalai pada rencana kami. Tahu-tahu bulan dan tahun sudah berganti saja. Sampai pada awal Januari, sahabat karib saya itu disibukan dengan persiapannya untuk menjalankan Sidang Usulan Proposal Skripsi yang akan diadakan bulan tersebut. Tibalah, rencana untuk mengajak teman yang lain menggunakan Transportasi Sepeda Motor pemberian orang tua. Teman pun mengiyakan ajakan. Tadinya.

Di satu hari sebelum pemberangkatan, tidak ada persiapan yang matang. Padahal, akan main jauh ke provinsi tetangga, bahkan ujungnya dari provinsi tersebut. Sepeda motor pemberian orang tua pun, tidak sempat diservice dan ganti oli, hanya dicek kelayakan perjalanan jauhnya saja. Saya rasa, sepeda motor pemberian orang tua itu, sudah layak perjalan jauh. Karena tidak ada kerusakan berarti pada setiap lininya.

Jam 16.00 WIB (Rabu, 16/01/19) belum sempat dikonfirmasi pemberangkatan, teman yang akan diajak mengirim pesan WhatsApp bahwa ia tidak bisa menemani, karena di hari itu, ia ada pertemuan dengan Dosen Pembimbing untuk membahas persiapan Sidang Usulan Proposal Skripsinya. Sempat dongkol, namun mau bagaiman lagi, lha, itu kan prioritasnya. Saya hanya minta ditemani jika teman saya itu sedang tidak kesibukan saja. Saya putuskan, untuk tetap berangkat. Walaupun sendirian!

Malam harinya, meski tidak terus terang akan berangkat ke Rembang, Jawa Tengah. Saya mengusahakan untuk menelepon Ibu, untuk meminta doanya. Saya waktu itu berujar,

"Mih, minta doanya supaya diberikan keselamatan dan kesehatan pada setiap kegiatan."

Dengan dagdigdug takut ditanyakan mau kemana. Tapi dugaan saya meleset, Ibu hanya menjawabnya,

"ya, selalu didoakan." Begitu leganya waktu itu. HEHE...

Pukul 03.00 WIB (Kamis, 17/01/19) dini hari, saya terbangun dengan bantuan alarm smartphone. Pada saat itu juga, langsung menuju kamar mandi untuk menanam saham dan menyegarkan badan agar tidak mengantuk lagi. Dan kebiasan buruk saya adalah selalu packing pada menit-menit akhir pertandingan pemberangkatan, jadi sehabis mandi, langsung packing segala macam kebutuhan saya selama di perjalanan dan penginapan di sana.

Selesailah packing dan siap-siap diri, pukul 03.45 WIB memanaskan motor dan mulai berdoa untuk keselamatan dan kesehatan. Tancap gas kurang-lebih sekitar jam 4 pagi dini hari.

Rute awal yang dituju adalah Cibiru-Sumedang-Majengka-Kadipaten-Cirebon, --saya membagi rute agar terasa lebih dekat saja, untuk rute kedua, ketiga dan seterusnya akan dijelaskan di bawah- di perbatasan Sumedang--Majalengka berhenti di SPBU Pertamina, bukan untuk mengisi BBM karena mengisinya sudah di dekat titik pemberangkatan, mengisi Pertamax 35.000,- tapi berhenti di SPBU ini untuk menjalankan shalat subuh.

Penampakan penunggu pohon angker seabis mampir di SPBU Pertamina Sumedang-Majalengka, itu tidak wudhu karena katanya penyaluran air SPBU tsb sedang rusak. Untungnya, sudah wudhu sebelum berangkat. Jadi, memakai wudhu pas sebelum berangkat di indekost.

Sampai di Kadipaten (perbatasan Majalengka-Palimanan) jam 06.15 WIB dan menyempatkan dulu sarapan, karena seperti pesan Ibu,

"Jangan nakal." Eh, maksudnya yang ini,
"Sebelum mamangkatan jauh, harus makan dulu."

Sarapan bubur di pinggir jalan, nama kiosnya kalau gak salah --berarti benar--'Bubur Ayam Raos Manah' seharga Rp. 6.000,-

Seselesai perut terisi, --walau belum kenyang--kenyang banget- saya melanjutkan perjalanan. Jam 07.26 WIB tiba di lampu merah Kota Cirebon perbatasan yang akan menuju Kabupaten Cirebon arah Jawa Tengahnya. Ohiya, karena hati cemas, --dan perut pun mulas-- sepeda motor pemberian orang tua pun dimampirkan dulu di bengkel Kota Cirebon untuk sekedar ganti oli tidak dengan diservice, karena saya rasa motor pemberian orang tua itu masih enak dikendarainya. Biaya ganti oli dengan penangannya, saya membayar Rp. 47.000,-.

Saya pikir, seabis lampu merah tersebut sudah dekat ke Brebes, tapi lagi-lagi dugaan saya meleset, perjalanan masih jauh brad. Ada sekitar satu jam setengah untuk menginjakan di Kabupaten Brebes.

Sampai di Brebes pada jam 08.56, ini penampakan gapura selamat dalam Kabupaten Brebes yang terkenal dengan Telur Asinnya.

Sepanjang jalan daerah Brebes banyak sekali pedagang Telur Asin. Karena kalau banyak pedagang tahu, sudah dipastikan, itu masih di daerah Sumedang dong. Di Brebes sudah terlintas di pikiran,

"Udah Brebes nih, berarti sebentar lagi Tegal. Biar makan siang di Tegal, mending dipelanin aja laju perjalanannya."

Dan akhirnya benar, tak lama hanya membutuhkan waktu satu jam perjalanan, saya sudah sampai di Kabupaten Tegal di jam 09 lebih 40 menit.

Karena waktu masih pagi dan perut belum terasa lapar. Saya mengurungkan niat untuk mencari tempat makan yang sebenarnya masuk perencanaan hidup, makan siang di warteg, langsung di daerahnya. Tegal!

Tapi jarang sekali, warung makan nasi di Tegal mengatasnamakan 'warteg', tapi lebih ke Warung Nasi saja seperti di Sunda.

Jam 10 lebih, sayang juga kalau gak nuntasin keinginan untuk makan di warteg langsung di daerah aslinya. Tegal! Perjalan sudah mau ke Pemalang, dibelokkanlah setang motor pemberian orang tua itu ke warteg, nah, disini saya baru menemukan warung nasi mengatasnamakan 'warteg' ada sekitar 4-5 warung yang mengatasnamakan 'warteg' di daerah sekitar jalan Tegal-Pemalang.

Di situ, saya memilih menu makanan yang tidak ada di Jawa Barat, mungkin ada, hanya sayanya aja belum ngerasainnya. Saya pilih, nasi (pasti, dong!), rawon dan daging keong laut 'kata si Mbanya', dan sambal yang disajikan itu warnanya item, tapi bukan sambel terasi. Perpaduan dari yang tersedia di piring, sangat uenaakkkk. Harga yang saya bayar, senominal Rp. 17.000,- dengan es teh manis.

Perut kenyang --pakai imbuhan 'ke-an'--, tancap gas lagi untuk melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari warteg tadi, perut sudah meminta jatahnya untuk distabilkan. Sempat ditahan sekuat tenaga gempi untuk menahan rasa mulas itu, tapi apadaya saya tidak bisa merelainya. Mampir lagi di SPBU Pertamina Tegal-Pemalang untuk menanam saham di sana.


Dan jangan lupa, kunci ganda kendaraan anda. Karena kejahatan selalu mengintai. Terlebih, kita di daerah yang kita tidak tahu sebelumnya. Waspadalah.

Sehabis menuntaskan hajat, melanjutkan perjalan kembali. Oh iya lupa, untuk rute kedua, ialah; Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Kendal-Semarang.

Tiba di Pemalang jam 11.07. Pemalang, saya belum mengenal seluk-beluk daerahnya, tapi boljug juga pemalang ini, karena ia sudah mempunyai pelabuhan, dan ini penampakan gapuranya.

Ok, sempat mau masuk, tapi mau apa juga. Kan ke Rembang tidak harus melelui lautan. Maaf Receh. :'

Dan di tengah kota Pemalang, si sepeda motor pemberian orang tua itu, sudah meminta jatahnya untuk diisi asupan energi. Mampirlah, di SPBU Pertamina Pemalang, mengisi Pertalite sebesar nominal Rp. 27.000,-. Masih ada tiga kota lagi, yang harus dilalui untuk menuntaskan rute kedua ini, Pekalongan-Batang-Kendal.

Pertama, Pekalongan. Sampai di Pekalongan, di pukul 11.40 WIB.

Ada rasa cemas dan takut melintas di kota Pekalongan, karena selain ingin membeli batik, di Pekalongan juga ada saudara (uwa dan anak-anaknya) di sana. Takut saja gitu, pas di Pekalongan ada yang negur,

"Hayoo, dibejakeun siah ku Aing ka Indung sia, ulinna jauh." saya mulai halu disana. :'

Tapi, di sisi lain, sempat juga ingin mampir. Ah, nanti disuruh nginap lagi. Jadi saya langsung saja, tancap gas. Di pekalongan tidak lagi jalan pantura tapi harus melalui jalan kota, sempat berhenti untuk menanyakan ke GMaps dan GPS (Gunakan Penduduk Sekitar). Berkat kedua alat canggih itu, saya pun berhasil menerobos Pekalongan dan sampai di Batang.

Di tengah jalan daerah Batang, waktu sudah melewati jam 12, tepatnya jam 12.53 WIB itu tandanya, waktunya makan siang, bukan dong, kan tadi makan udah di tegal, tapi Shalat Dzuhur, di Masjid Kandenan, Batang.


Selesai shalat Dzuhur, lanjutkan lagi perjalanan, eh tapi sebelumnya mengontak teman pas MTs dulu yang sekarang kuliah di UIN Walisongo Semarang, mengkonfirmasi bahwa saya akan ke Semarang dan menanyakan homestay, estimasi waktu kalau naik motor dari Semarang ke Rembang dan segala macam lainnya.

Sudah di Batang, berarti tinggal satu kota lagi yang harus dilewati, yaitu: Kendal. Semangat!

Sampai di Kendal pada jam 13 lebih 45 menit.

Jembatan Jalan Tol Semarang-Batang.

Di Kendal, saya menemukan nuansa Karawang (daerah asal) di sana; sawah terhampar luas, perdesaan dan juga sekaligus tempat Industri!

Kendal sudah terlewati, dan tibalah detik-detik saya menjumpai Semarang.

Bersambung..........

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOLO TOURING BANDUNG-SEMARANG-REMBANG-SURAKARTA-YOGYAKARTA-BANDUNG

WAJAHMU

GUSMUS, GUS JAKFAR, DAN KIYAYI TAWAKKAL